Akankah ada Pelangi selepas Hujan Mu?
Kehangatan kian jauh saat ku bersama awam
Gamang. . . sepi
Jiwa murung membuka catatan lusuh
Tersenyum kusambut setiap mentari Mu menyilaukan
Tapak-tapak kecil gemetar tinggalkan sepucuk rindu di setiap jalan yang kulalui
Jiwa murung membuka catatan lusuh
Tersenyum kusambut setiap mentari Mu menyilaukan
Tapak-tapak kecil gemetar tinggalkan sepucuk rindu di setiap jalan yang kulalui
Sulit, bahkan sangat sulit
Tetap harus dijalani
Engkau begitu memahamiku
Perubahan- perubahan kecil di hidupku selalu tertata rapi oleh-Mu
Hampir saja ku ingin meninggalkan dunia berlari menuju peluk-Mu
Namun Kau membuat ku yakin bahwa aku mencintai hidupku
Kau biarkan mereka pergi meninggalkan ku
Hanya tersenyum tawa mereka rajut kisah bernama "teman" bersamaku
Ke mana mereka ku berduka lara meringis perih
Tapi Kau selalu ada
Manahan isak ku muak mengenang senyum dan senyum
Ku tetap nikmati segala yang kau pajang di hadapan mata yang kian lelah
Rasanya lebih tenang jika hanya ada aku dan Dirimu
Bawaku ke tempat yang Kau mau
Kembali kutinggalkan sepucuk rindu di sana
Hanya ada guguran daun kering di jiwa
Aku di antara pepohonan lapuk
Tanah seolah melukis jarak
Hanya ada aku menatap ilalang menari damai bersama angin
Berbisik lirih ku tengadahkan tangan
Jarum jam merayap semakin senja ku pahat perlahan
Jadikan AKU yang sesungguhnya dengan Aku
Sejenak haru pilu kutatap telapak tangan kecilku
Tak bisa terbaca dan ku terka
Garis-garis takdir yang tak pernah ku mengerti
Akankah ada pelangi selepas Hujan Mu?
Tetap harus dijalani
Engkau begitu memahamiku
Perubahan- perubahan kecil di hidupku selalu tertata rapi oleh-Mu
Hampir saja ku ingin meninggalkan dunia berlari menuju peluk-Mu
Namun Kau membuat ku yakin bahwa aku mencintai hidupku
Kau biarkan mereka pergi meninggalkan ku
Hanya tersenyum tawa mereka rajut kisah bernama "teman" bersamaku
Ke mana mereka ku berduka lara meringis perih
Tapi Kau selalu ada
Manahan isak ku muak mengenang senyum dan senyum
Ku tetap nikmati segala yang kau pajang di hadapan mata yang kian lelah
Rasanya lebih tenang jika hanya ada aku dan Dirimu
Bawaku ke tempat yang Kau mau
Kembali kutinggalkan sepucuk rindu di sana
Hanya ada guguran daun kering di jiwa
Aku di antara pepohonan lapuk
Tanah seolah melukis jarak
Hanya ada aku menatap ilalang menari damai bersama angin
Berbisik lirih ku tengadahkan tangan
Jarum jam merayap semakin senja ku pahat perlahan
Jadikan AKU yang sesungguhnya dengan Aku
Sejenak haru pilu kutatap telapak tangan kecilku
Tak bisa terbaca dan ku terka
Garis-garis takdir yang tak pernah ku mengerti
Akankah ada pelangi selepas Hujan Mu?
Jakarta, 13 Desember 2010
by RizKi SaHarÄ on Monday, December 13, 2010 at 2:12pm
Indahnya puisi ini ~~~ ^^
BalasHapusTerima kasih ^__^ sering2 lah mampir...
BalasHapus