Rabu, 04 Januari 2012

Daun Kering (untuk kutuliskan pesan sederhanaku)


Aku hanya selembar daun kering yang tak punya arti apa apa setelah musim gugur usai

Setelah ini, biarkan aku tetap mengikuti bahasamu

Aku yang mungkin hanya sekedar kau simpan

Terkemas rapi di senyum dan tangismu

Ku titipkan pesanku pada lembaran dedaunan yang gugur bersama hujan

Pesan yang hanya dapat terbaca oleh mu

Kata sederhana untuk mewakili jemariku yang ingin slalu menyentuhmu

Mewakili senyumku dari kejauhan saat melukis wajahmu pada kanvas langit

Pesan sederhanaku yang mewakili malam malamku menghitung bintang bersamamu

Untuk mu kutuliskan pesan rindu pada tiap dedaunan

Agar kelak kau dapat mengerti bahwa keberadaanmu membuat hidupku lebih indah...


Jakarta, 6 Februari 2011
by RizKi SaHarÄ on Sunday, February 6, 2011 at 3:25pm

Rindu di Atas Rindu


Saat ini detik detik aku kembali berjalan

Bahkan berlari ke arahmu

Maafkan aku yang telah menjadi terlampau

Terlampau . . .



Rinduku keterlauan

Sepekat malam

Seramai hujan

Mungkin aku memang harus tetap duduk di bangku ini

Dengan rindu di atas rindu

Hingga aku menjadi terlampau abu abu

Lampu taman yang retak tak nyala

Debu debu yang merimah

Angin yang menambah dingin tubuhku



Hah.. sangat kusadari

Betapa sunyi dan damai tetap duduk disini

Walau hanya ada aku dan detak jantungmu saja



Jakarta, 13 Maret 2011
by RizKi SaHarÄ on Sunday, March 13, 2011 at 9:46pm

Aku Kehilangan Mu



 Kau dan guguran kamboja

Kau dan hujan

Tapakku telanjang mengikuti kelopakmu tergeletak

Tubuhku menggigil kuyup karna hujanmu menjadi genangan mata air

Pun kualiri hujan yang hapus rona pipiku

Yang kuseka dengan ujung ujung jari

Yang kerap menderas didadaku

Aku kehilangan mu...



Jakarta, 8 April 2011
by RizKi SaHarÄ on Friday, April 8, 2011 at 11:09pm

Kemaku I



Sepertinya kau memang telah menanam kamboja ini sedari dulu,
Kini rindangnya anggun sembari guguran wangi yang terasa pas bertaburan di makamku yg sengaja kau buatkan disampingnya,
Batu Nisan yg sedari dulu jua kau ukir satu per satu alfabet namaku,
Terlihat dapat ter-eja mata buta sekalipun,
Sepi dan damai sungguh tempat kau membawaku,
Biarlah angin sampaikan doa doa untukku,

Dan kini semua sudah lengkap kau buat,
Kau tinggal menjemput separoh hatimu yang dulu sempat kau tinggalkan di rumah selagi kau menata makamku,

Kini kau melayatku bersamanya sambil berpeluk mesra ciumi keningnya dan berkata,
"Tenanglah sayang,
Aku sudah membenamkan tubuhnya sedalam cintaku padamu,
Kuhiasi tubuhnya dengan gaun indah untuk menutupi luka lebam,
Kubungkam bibirnya yang dingin dengan pemerah dari genangan disudut matanya,
Kuikat lengannya ke akar kamboja,
Aku siapkan ini jauh hari agar kau segera kembali padaku"

Jakarta, 23 Januari 2011
by RizKi SaHarÄ on Sunday, January 23, 2011 at 11:13pm


Selasa, 03 Januari 2012

Aku di Kota Mimpi



Kau tau demi tetap duduk di bangku taman kota,

Diantara lindap lampu dan geguguran daun,

Aku mengunyah sunyi hingga lumat dan melewati batang tenggorokanku yang kemarau,

Hingga subuh pun mematikan lampu lampu yang menemaniku semalaman,



Tersentak aku sibuk mencari di ujung jalan,

Apakah kau akan pulang?

Di hari ini pun kau tak pulang sekedar merebahkan tubuhmu di ranjang yg kerap kau tunggui aku,

Pun aku, mencari lilin dan korek untuk ku biarkan menyala di telapak tanganku,

Mungkin kau akan datang sebentar lagi,

Atau mungkin kau sempatkan pulang ke rumah kita di kota mimpi besok...



Sebatang lilin yg meleleh ditanganku masih bisa menampung api sampai besok,

Cahaya panas menjilat yg tak kalah sibuk menamatkan lilin hingga melepuhkan kulit telapak tanganku,

Menghapus garis peta lukisan takdir,



Bersama sepotong lilin kecil di telapak tangan ini,

Aku kembali saat lampu kota yg lindap merubah warna kota,

Sembari mengulum sepi yg mungkin akan ku telan bulat bulat hingga merobek pita suaraku..



Jakarta, 16 Januari 2011
by RizKi SaHarÄ on Sunday, January 16, 2011 at 7:43pm

Pelangi Selepas Hujan






Akankah ada Pelangi selepas Hujan Mu?
Kehangatan kian jauh saat ku bersama awam
Gamang. . .  sepi
Jiwa murung membuka catatan lusuh

Tersenyum kusambut setiap mentari Mu menyilaukan
Tapak-tapak kecil gemetar tinggalkan sepucuk rindu di setiap jalan yang kulalui
Sulit, bahkan sangat sulit
Tetap harus dijalani
Engkau begitu memahamiku
Perubahan- perubahan kecil di hidupku selalu tertata rapi oleh-Mu
Hampir saja ku ingin meninggalkan dunia berlari menuju peluk-Mu
Namun Kau membuat ku yakin bahwa aku mencintai hidupku

Kau biarkan mereka pergi meninggalkan ku
Hanya tersenyum tawa mereka rajut kisah bernama "teman" bersamaku
Ke mana mereka ku berduka lara meringis perih
Tapi Kau selalu ada

Manahan isak ku muak mengenang senyum dan senyum
Ku tetap nikmati segala yang kau pajang di hadapan mata yang kian lelah
Rasanya lebih tenang jika hanya ada aku dan Dirimu
Bawaku ke tempat yang Kau mau
Kembali kutinggalkan sepucuk rindu di sana

Hanya ada guguran daun kering di jiwa
Aku di antara pepohonan lapuk
Tanah seolah melukis jarak
Hanya ada aku menatap ilalang menari damai bersama angin

Berbisik lirih ku tengadahkan tangan
Jarum jam merayap semakin senja ku pahat perlahan
Jadikan AKU yang sesungguhnya dengan Aku
Sejenak haru pilu kutatap telapak tangan kecilku
Tak bisa terbaca dan ku terka

Garis-garis takdir yang tak pernah ku mengerti
Akankah ada pelangi selepas Hujan Mu?

Jakarta, 13 Desember 2010
by RizKi SaHarÄ on Monday, December 13, 2010 at 2:12pm